Betapabanyaknya kebaikan dunia dan akhirat yang didapatkan dari bersedekah. Sedekah pun tidak hanya dalam bentuk harta semata, sedekah memiliki sudut yang lebih luas. Setiap amal baik yang kita lakukan adalah sedekah. Jika kita bersedekah untuk memberikan bantuan kepada orang lain, maka manfaatnya akan kembali kepada diri sendiri, meski pun sedekah kita atas nama orang lain, seperti sedekah Sesungguhnyaapapun yang kita lakuakn di dunia ini akan kembali kepada diri kita sendiri. Ketika kita melakukan hal yang buruk, maka sudah dapat dipastikan bahwa keburukan itu akan kembali kepada diri kita sendiri. Sebaliknya, jika kita melakukan hal-hal yang baik, maka kebaikan itu akan berimbas kepada diri kita sendiri pula. Danseseorang yang baik hatinya, kebaikan akan senantiasa mengikuti seumur hidupnya. Selalu ada upah yang baik untuk segala hal yang dilakukan dengan baik. Dan pengharapan yang kita naikkan kepada Tuhan tidak akan kembali dengan sia-sia. Tuhan tidak akan mengecewakan kita. Tuhan memiliki waktu yang tepat untuk memulihkan kehidupan kita. Hatiadalah tempat Allah memandang. Hati adalah perangkat diri yang Allah sediakan agar kita mengingat dan mengenal-Nya. Perintah meminta fatwa kepada hati pernah Rasulullah ﷺ lontarkan kepada Sahabat Wabishah ra. Suatu saat, Wabishah bertanya kepada Rasulullah ﷺ mengenai amal baik dan dosa. Selamaini kita percaya bahwa kebaikan akan kembali kepada kita berupa kebaikan pula. Kini kepercayaan kita dapat semakin kuat semenjak ditemukannya bukti kuat melalui sains. Berbuat baik membuat kita merasa lebih baik dan lebih sehat. Kebaikan juga merupakan kunci yang dapat mengembangkan dan membuat kita mampu bertahan sebagai spesies. 1 Kamu akan mendapatkan kebahagiaan sejati Seperti sudah menjadi rumus kehidupan, melakukan perbuatan baik dalam hal apapun tentu saja akan mendatangkan kebahagiaan hakiki bagi pelakunya. Ketika orang lain merasa senang dengan kebaikanmu, maka kebahagiaan tersebut akan kembali kepadamu dengan kadar yang lebih banyak. Walaukebaikkan kita itu bermanfaat bagi orang lain, namun pada hakikatnya semua kebaikkan itu juga akan kembali kepada diri kita sendiri. Kita sendiri pula yang akan memetik semua manfaatnya. Karena pertama, setiap kebaikkan akan berbuah kebaikan sebagaimana firman Allah Swt : "Tidak ada balasan kebaikkan kecuali kebaikkan (pula)." QS. Hormonendorphin yang dihasilkan oleh tubuh saat berolahraga, mampu membuat kita bahagia dan menghilangkan rasa cemas. Selain itu, olahraga juga membantu kita memperkuat sistem imun tubuh dan tetap prima sepanjang hari. 5. Mengikuti Kampanye Positif Melalui Media Sosial o7Yj. Harmoni dan Keguyuban di Balik Yadnya Kasada 1 Hari-hari menyambut Yadnya Kasada adalah hari-hari ketika pintu semua rumah di desa-desa lereng Bromo dibuka untuk siapa saja dan ada makanan-minuman yang siap menyambut. Tua-muda, laki-laki-perempuan suku Tengger, semua turun tangan membuat ongkek. ARIF ADI WIJAYA, Kab Probolinggo - KESIBUKAN mewarnai kediaman Tutik. Sang pemilik rumah mondar-mandir menyiapkan menu berbagai masakan. Sedangkan di depan rumah, tangan-tangan terampil sejumlah warga sekitar membereskan pembuatan ongkek. Semua kesibukan di rumah yang berada di Dusun Wanasari, Desa Ngadisari, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, itu demi tujuan serupa menyambut Yadnya Kasada. Sebuah ritual masyarakat Tengger-Bromo yang diyakini telah menjulur panjang sejak zaman Kerajaan Majapahit. Bromo bagian dari Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru. Wilayah taman nasional itu membentang di empat kabupaten di Jawa Timur Probolinggo, Pasuruan, Malang, dan Lumajang. Di balik ritual itu, ada keguyuban antarwarga, tak peduli apa pun latar belakangnya. Yang seperti mewakili harmoni di antara para penduduk di lereng Bromo. Seperti disaksikan Jawa Pos kemarin 15/6, janur yang dibentuk seperti bunga menghiasi sepanjang jalan menuju lautan pasir. Umbul-umbul berwarna putih, merah, hijau, dan kuning pun ikut menghiasi teras rumah warga di tepi jalan. Meski rumah penduduk umumnya tampak sepi, suasana jalan memperlihatkan warga yang begitu antusias menyambut Yadnya Kasada. Meriah, tetapi tetap khidmat. Pembuatan ongkek adalah salah satu contoh keguyuban di balik Yadnya Kasada. Warga tua-muda, laki-laki-perempuan, bergotong royong membuatnya. ’’Nanti ongkek ini dibawa ke rumah kepala desa Kades dan carik,” kata Tutik yang juga istri Soetomo, romo Dukun Desa Ngadisari, kepada Jawa Pos di sela turun tangan membantu membuat ongkek. Rangka ongkek terbuat dari bambu. Isinya berbagai hasil bumi dari warga setempat. Mulai wortel, kacang koro, kubis, sampai kembang kenikir. Ada pula terong tengger, semacam cabai berukuran jumbo. Di rumah Pak Kades dan Pak Carik sekretaris desa, satu pasang ongkek ditata di depan sesajen. Beberapa warga dan tokoh adat maupun tokoh masyarakat ikut hadir dalam ritual kecil tersebut. Romo dukun lalu memimpin ritual untuk pengukuhan. Istilahnya, netepno ongkek. Nun di lautan pasir Bromo kemarin, ratusan warga memadati sekitar Pura Luhur Poten. Ada rombongan yang datang dengan menggunakan mobil pikap. Ada pula yang naik bak truk. Bukan hanya suku Tengger yang mayoritas beragama Hindu yang datang ke Pura Luhur Poten. Banyak warga beragama Islam dan Kristen yang juga datang dengan membawa sesajen. Isinya tidak seperti ongkek. Ada yang membawa hasil bumi, roti, sampai kembang. Di depan pura tersebut, ada delapan sesepuh yang berbusana serbahitam dengan udeng di kepala. Mereka adalah romo dukun pandita perwakilan dari desa-desa yang ada di lereng Gunung Bromo. Warga yang datang membawa sesajen meminta doa atau mantra dari para romo dukun yang berasal dari delapan desa di Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo. Setelah meminta doa dari para romo dukun, warga tidak langsung pulang. Mereka mendirikan tenda di atas bak pikap atau truk yang ditumpangi menggunakan terpal. Mereka, baik suku Tengger maupun bukan, menunggu puncak ritual Yadnya Kasada berupa larung sesajen di kawah Gunung Bromo yang berlangsung dini hari tadi. Sri Astutik, warga Desa Jetak, Kabupaten Probolinggo, mengaku mengikuti ritual Kasada setiap tahun. Hanya tahun lalu dia absen lantaran ritualnya digelar tertutup dan dengan pembatasan. ’’Bukan soal keyakinan, melainkan apa yang menjadi tradisi warga sini, kita ikut,” kata perempuan berkerudung itu. Lastoko, carik Desa Ngadisari, menceritakan, ongkek berasal dari kata ’’aung” dan ’’kek”. Aung artinya anak –urip– mati. Kek, artinya tua. ’’Semua itu mengarah ke sangkan paraning dumadi. Asal muasal sebuah penciptaan,” terangnya. Ongkek yang dibuat memang dua buah. Istilahnya, satu pasang. Satu dusun diwajibkan membuat sepasang ongkek. Dengan syarat, tidak ada orang meninggal selama 44 hari menjelang ritual Yadnya Kasada. ’’Kalau ada yang meninggal dalam waktu tersebut, dusun itu tidak membuat ongkek,” katanya. Lastoko mengakui, kebersamaan warga dalam menyambut ritual Yadnya Kasada memang luar biasa. Semua elemen masyarakat begitu antusias. ’’Dalam momen seperti ini, kita istilahnya gupuh-suguh. Artinya, memang waktunya sibuk dan menyiapkan suguhan untuk para tamu,” paparnya. Layaknya hari raya, semua ruang tamu di rumah penduduk dipenuhi kue, minuman, dan makanan untuk siapa saja yang datang. Baik yang beragama Hindu, Islam, maupun Kristen. ’’Karena kita di sini tidak memandang agama atau keyakinan. Yang penting berbuat baik untuk semua, maka kebaikan itu akan kembali kepada diri kita,” ungkapnya. Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia PHDI Kabupaten Probolinggo Bambang Suprapto mengatakan bersyukur karena pandemi Covid-19 telah melandai. Tahun ini sudah ada kelonggaran terkait jumlah peserta ritual meski tetap dibatasi. Wisatawan pun sejatinya boleh naik. Tapi, hanya sampai Cemoro Lawang. ’’Kalau tahun lalu ditutup sampai Sukapura. Sekarang ditutup sampai Cemoro Lawang,” katanya. Dalam ritual tersebut, ada pengukuhan dua romo dukun pandito. Mereka berasal dari Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, dan Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo. Keduanya akan mengemban empat tugas utama. Pertama, menjaga kesucian diri. Kedua, berhak menentukan hari baik untuk sebuah upacara individu maupun komunal. Ketiga, berhak dan berkewajiban menyelesaikan semua urusan ritual. Keempat, menjadi pembimbing atas semua permasalahan umat. Bambang berharap rangkaian Yadnya Kasada bisa berjalan lancar. Yang lebih penting, keharmonisan antarwarga dan antara manusia dan sang pencipta alam harus tetap dijaga seperti yang sudah berjalan selama ini. ’’Karena ketika kita baik dengan sesama manusia, kita akan mendapat kebaikan pula. Jika kita menjaga lingkungan, alam akan menjaga kita,” tandasnya. JAKARTA - Syekh Abdullah Ju'aitsan dalam bukunya yang berjudul Meneladani Nabi dalam Sehari menuliskan, doa termasuk salah satu jenis kebaikan. Termasuk, mendoakan kebaikan bagi saudara kita Muhammad SAW bersabda, "Doa seorang Muslim untuk saudaranya dengan tanpa sepengetahuan saudaranya itu mustajab. Di atas kepala orang itu ada malaikat yang mencatatnya malakun muwakkal. Setiap kali orang itu mendoakan kebaikan bagi saudaranya, maka malaikat tersebut mengucapkan amin semoga Allah mengabulkan dan untukmu juga seperti itu." HR Muslim Menurut Syekh Abdullah, dengan mendoakan kebaikan bagi saudara kita, berarti kita telah berbuat baik kepada diri kita sendiri dan saudara kita. Karena doa kita bagi saudara kita merupakan salah satu sebab terkabulnya doa itu, saat malaikat mengamini dan berkata, "Amin dan untukmu juga seperti itu." Kita juga berbuat kebaikan kepada saudara kita ketika kita mendoakannya tanpa sepengetahuannya dan dikabulkan. Al Khathib Al Baghdadi di dalam Tarikh Baghdad mengisahkan tentang riwayat hidup Abu Thayyib, bahwa dia senantiasan mendoakan saudara-saudaranya. Bahkan, dia mempunyai 300 nama saudaranya yang selalu dia doakan setiap malam satu per suatu malam, dia ketiduran dan lupa belum mendoakan mereka, maka dalam mimpinya dia didatangi seseorang yang berkata kepadanya, "Kamu belum menyalakan lampu-lampumu malam ini."Maka, dia bangun menyalakan lampunya dan mengeluarkan kertas serta mendoakan 300 orang saudaranya satu per satu lalu tidur Syekh Abdullah Ju'aitsan, dalam bukunya yang berjudul Meneladani Nabi dalam Sehari, sudah seharusnya kita mendoakan saudara-saudara kita, terlebih bagi siapapun yang mempunya hak atas diri kita. Misalnya, kedua orang tua dan orang yang memberikan nasihat, pembinaan, dakwah, atau taklim kepada kita."Tidak sepantasnya kita hanya mengambil manfaat ilmu dari para ulama dan para juru dakwah kita, lalu mereka tidak mendapatkan balasan apa pun selain ucapan terima kasih kita. Jangan begitu," tulis Syekh tulis Syekh Abdullah, kita mendoakan mereka tanpa sepengetahuan mereka, mmeberikan taufik kepada mereka, mengeluarkan mereka dari kesedihan, dan menolong mereka. "Demikian juga, kita hendaklah mendoakan Islam dan umat Islam," tulis Syekh Abdullah.